MAKALAH
TERAPI
MODALITAS
DALAM
KEPERAWATAN KOMUNITAS
“SENAM KAKI DIABETES”
OLEH KELOMPOK IV
NAMA KELOMPOK:
Erawati
Fachrurrazi
Mulyani
Munawir
Surya Nanda
T. Sofyan
Ramadhan
Winda Nadia
Is
Yuliana
Zahara
Dosen Pembimbing:
Ns.
Ngatwadi, S. Kep
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN
YAYASAN CUT NYAK DHIEN
LANGSA TAHUN 2014
____________________________________________________________________________
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan kesehatan
dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Selawat dan
salam penulis sanjungkan kepada Nabi Besar MUHAMMAD SAW yang telah membawa umatnya
dari alam kegelapan kealam yang berilmu pengetahuan.
Penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada Dosen pengasuh yang
telah membimbing penulis menyelesaikan tugas yang Judul “Terapi Modalitas
Dalam Keperawatan Komunitas (Senam Kaki Diabetes)” dengan sebaik mungkin.
Penulis sadar bahwa dalam tugas ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan
baik dalam penulisannya maupun isinya. Oleh karna itu, penulis mengharap kritik
dan saran yang sifat nya membangun guna memperbaiki tugas yang akan datang. akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Langsa, 31 Desember 2014
Penulis
Kelompok IV
|
____________________________________________________________________________
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I, PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A.
Latar Belakang............................................................................................... 1
B.
Tujuan............................................................................................................ 3
C.
Manfaat.......................................................................................................... 4
BAB II, TINJAUAN
TEORITIS........................................................................... 5
A.
Pengertian...................................................................................................... 5
B.
Jenis-jenis terapi modalitas............................................................................. 6
1. Terapi
Individual...................................................................................... 6
2. Terapi
Lingkungan................................................................................... 7
3. Terapi
Biologis......................................................................................... 8
4. Terapi
Kognitif......................................................................................... 9
5. Terapi
Keluarga........................................................................................ 10
6. Terapi
Kelompok...................................................................................... 11
7. Terapi
Prilaku........................................................................................... 12
8. Terapi
Bermain......................................................................................... 14
C.
Terapi Modalitas di Masyarakat..................................................................... 15
Senam Kaki Diabetes
Melitus.................................................................. 15
Manfaat
Senam Kaki Diabetes Melitus................................................... 15
Indikasi
Senam Kaki Diabetes Melitus.................................................... 15
Kontraindikasi
Senam Kaki Diabetes Melitus......................................... 16
Teknik Senam
Kaki Diabetes Melitus...................................................... 16
Kriteria
Evaluasi..................................................................................... 18
BAB III, TINJAUAN KASUS............................................................................... 19
A.
Kasus.............................................................................................................. 19
B.
Peran Perawat................................................................................................ 19
C.
Intervensi....................................................................................................... 19
D.
Prosedur Kerja dan kesiapan perawat............................................................ 20
E.
Kriteria Evaluasi............................................................................................. 21
BAB IV, PENUTUP................................................................................................ 22
A.
Kesimpulan.................................................................................................... 22
B.
Saran.............................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 23
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keperawatan komunitas merupakan suatu
sintesis dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang
diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Keperawatan
komunitas mencakup perawatan kesehatan dan kesejahteraan baik keluarga maupun
masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatannya
secara mandiri serta memecahkan masalah tersebut sesuai dengan kemampuannya
sebelum meminta bantuan kepada orang lain.
Seorang perawat komunitas perlu
menguasai teori dan model konseptual yang digunakan dalam keperawatan
komunitas; peran, fungsi, dan etika perawat komunitas; ilmu penunjang dalam
praktik kesehatan komunitas; standar praktik keperawatan komunitas; serta
praktik keperawatan komunitas itu sendiri agar tercapai peningkatan kesehatan
komunitas.
Perawatan
kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan, yang
merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan social (WHO,
1959). Suatu bidang dalam bidang keperawatan yang nerupakan perpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat
(Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat, 2007).
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi
yang berbeda-beda terhadap apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana
gangguan perilaku terjadi. Perbedaan pandangan tersebut tertuang dalam bentuk
model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda dengan
pandangan model social, model perilaku, model eksistensial, model medical, berbeda
pula dengan model stress – adaptasi. Masing-masing model memiliki pendekatan
unik dalam terapi, antara lain dengan menggunakan pendekatan berdasarkan terapi
modalitas.
Perawat secara holistik harus bisa mengintegrasikan
prinsip mind-body-spirit dan modalitas (cara menyatakan sikap
terhadap suatu situasi) dalam kehidupan sehari-hari dan praktek keperawatannya.
Terapi Modalitas menjadi salah satu cara bagi perawat untuk menciptakan
lingkungan yang terapeutik dengan menggunakan diri sendiri sebagai alat atau
media penyembuh dalam rangka menolong orang lain, kelompok atau masyarakat dari
masalah kesehatan.
Terapi modalitas merupakan terapi yang merubah
kebiasaan seseorang menjadi lebih produktif dan menjalani kehidupan yang lebih
sehat. Dalam terapi medalitas diantaranya yaitu senam kaki pada pederita
Diabetes Melitus. World Health
Organization (WHO) memperkirakan jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes
mellitus pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat paling sedikit menjadi 366
juta. Indonesia menempati urutan ke - 4
terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,6% dari
total penduduk.
Hal ini menunjukkan bahwa di
Indonesia, penyakit diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang sangat serius. Namun perhatian terhadap penanganan diabetes mellitus di
negara berkembang masih kurang, terutama tentang komplikasi yang ditimbulkan
akibat diabetes mellitus (Suyono, 2006 dalam Pramesti, 2013).
Salah satu komplikasi penyakit diabetes
melitus yang sering dijumpai adalah kaki
diabetik (diabetic foot), yang dapat ber- manifestasikan sebagai
ulkus, infeksi dan gangren dan artropati Charcot (Reptuz, 2009;
dikutip Andarwanti, 2009). Ada dua tindakan dalam prinsip dasar pengelolaan diabetic
foot yaitu tindakan pencegahan dan tindakan rehabilitasi. Tindakan
rehabilitasi meliputi program terpadu yaitu evaluasi tukak, pengendalian
kondisi metabolik, debridemen luka, biakan kuman, antibiotika tepat guna,
tindakan bedah rehabilitatif dan rehabilitasi medik. Tindakan pencegahan
meliputi edukasi perawatan kaki, sepatu diabetes dan senam kaki (Yudhi, 2009
dalam Flora, Hikayati & Purwanto, 2014).
Berdasarkan
uraian diatas bahwa Senam Kaki pada penderita Diabetes Melitus dapat mencegah
terjadinya kadar gula darah sehingga penting untuk
diterapkan pada pasien yang menderita diabetes melitus. Maka dari itu, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perbandingan antara Kadar Gula
Darah Pasien Diabetes Melitus yang Melakukan senam dengan yang tidak di Kota
Langsa Tahun 2015.
B.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum
dari makalah ini adalah sebagai panduan atau bahan belajar unuk mengetahui
terapi modalitas dalam masyarakat ataupun kelompok.
2. Tujuan
Khusus
a. Agar
mahasiswa mengerti apa pengertian dari Terapi Modalaitas,
b. Agar mahasiswa mengerti Jenis - jenis terapi
modalitas,
c. Agar
mahasiswa mengerti Tahap - tahap Terapi Modalitas.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Pengertian
Terapi
modalitas merupakan metode pemberian terapi yang menggunakan kemampuan fisik
atau elektrik. Terapi modalitas bertujuan untuk membantu proses penyembuhan dan
mengurangi keluhan yang dialami oleh klien. (Lundry & Jenes, 2009 dalam
Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam
memberikan askep baik di institusi maupun
di masyarakat yg bermanfaat dan berdampak terapeutik. Terapi modalitas adalah
suatu sarana penyembuhan yang diterapkan pada dengan tanpa disadari dapat
menimbulkan respons tubuh berupa energi sehingga mendapatkan efek penyembuhan
(Starkey, 2004). Terapi modalitas yang diterapkan pada, yaitu: manajemen nyeri,
perawatan gangren, perawatan luka baru, perawatan luka kronis, latihan
peregangan, range of motion, dan terapi hiperbarik.
Terapi modalitas adalah terapi
utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan dalam upaya mengubah
perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Terapi
modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-modality) sebagai
titik tolak terapi atau penyembuhannya. Tapi terapi ini bisa dipakai untuk
terapi Keperawatan Komunitas.
B.
Jenis-jenis terapi modalitas
Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara
lain:
1.
Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan
jiwa dengan pendekatan hubungan individual antara seorang terapi dengan seorang
klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien
untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang
disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis
(terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku
klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.
Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan
agar klien mampu menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga
diharapkan mampu meredakan penderitaan (distress) emosional, serta
mengembangkan cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Tahapan
hubungan dalam terapi individual meliputi:
a.
Tahapan orientasi.
b.
Tahapan kerja.
c.
Tahapan terminasi.
Tahapan
orientasi dilaksanakan ketika perawat memulai interaksi dengan klien. Yang
pertama harus dilakukan dalam tahapan ini adalah membina hubungan saling
percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat penting untuk mengawali
hubungan agar klien bersedia mengekspresikan segala masalah yang dihadapi dan
mau bekerja sama untuk mengatasi masalah tersebut sepanjang berhubungan dengan
perawat. Setelah klien mempercayai perawat, tahapan selanjutnya adalah klien
bersama perawat mendiskusikan apa yang menjadi latar belakang munculnya masalah
pada klien, apa konflik yang terjadi, juga penderitaan yang klien hadapi.
Tahapan orientasi diakhiri dengan kesepakatan antara perawat dan klien untuk
menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam hubungan perawat-klien dan
bagaimana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Perawat
melakukan intervensi keperawatan setelah klien mempercayai perawat sebagai
terapis. Ini dilakukan di fase kerja, di mana klien melakukan eksplorasi diri.
Klien mengungkapkan apa yang dialaminya. Untuk itu perawat tidak hanya
memperhatikan konteks cerita klien akan tetapi harus memperhatikan juga
bagaimana perasaan klien saat menceritakan masalahnya. Dalam fase ini klien
dibantu untuk dapat mengembangkan pemahaman tentang siapa dirinya, apa yang
terjadi dengan dirinya, serta didorong untuk berani mengambil risiko berubah
perilaku dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif.
Setelah
kedua pihak (klien dan perawat) menyepakati bahwa masalah yang mengawali
terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda dan lebih terkendali maka perawat
dapat melakukan terminasi dengan klien. Pertimbangan lain untuk melakukan
terminasi adalah apabila klien telah merasa lebih baik, terjadi peningkatan
fungsi diri, social dan pekerjaan, serta yang lebih penting adalah tujuan
terapi telah tercapai.
2.
Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata
lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive
menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit
dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh
dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas
dan interaksi.
Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan
kesempatan, dukungan, pengertian agar klien dapat berkembang menjadi pribadi
yang bertanggung jawab. Klien juga dipaparkan pada peraturan-peraturan yang
harus ditaati, harapan lingkungan, tekanan peer, dan belajar bagaimana
berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga mendorong komunikasi dan pembuatan
keputusan, meningkatkan harga diri, belajar keterampilan dan perilaku yang
baru.
Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan
sementara di mana klien akan kembali ke rumah, maka tujuan dari terapi
lingkungan ini adalah memampukan klien dapat hidup di luar lembaga yang
diciptakan melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk beralih dari
lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah tinggalnya.
3.
Terapi Biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic
didasarkan pada model medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit.
Ini berbeda dengan model konsep yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa
murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak mempertimbangkan adanya kelaianan
patofisiologis. Tekanan model medical adalah pengkajian spesifik dan
pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal dipercaya
akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.
Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa
meliputi: pemberian obat (medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro
convulsive therapy (ECT), foto terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang
sampai sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi
medikasi psikoaktif dan ECT.
4.
Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan
dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan
adalah membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan
mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor
tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan
berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah
dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah
membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan
kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif.
Ada tiga
tujuan terapi kognitif meliputi:
a.
Mengembangkan pola berfikir yang
rasional. Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan
gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan
informasi yang actual.
b.
Membiasakan diri selalu menggunakan
pengetesan realita dalam menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari
distorsi pikiran.
c.
Membentuk perilaku dengan pesan
internal. Perilaku dimodifikasi dengan terlebih dahulu mengubah pola berfikir.
Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi
mengajarkan untuk mensubstitusi pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan
memodifikasi percakapan diri negatif.
5.
Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada
seluruh anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan
terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu
sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak
bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang
dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga
terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian terleih dahulu
masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di
keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk
kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan
atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu
fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), fase 3 (terminasi). Di fase pertama
perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga
diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua
atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis
berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan
kompetensi masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi
batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi
keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses
yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi
isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang
berkesinambungan.
6.
Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang
dibentuk dalam kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media
kelompok. Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien
secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien,
meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive.
Tahapannya meliputi: tahap permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.
Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering
juga disebut sebagai fase orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada
apa yang diperlukan dalam interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk
apa aktivitas tersebut dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah
sebagai model peran dengan cara mengusulkan struktur kelompok, meredakan
ansietas yang biasa terjadi di awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi
interaksi di antara anggota kelompok. Fase permulaan dilanjutkan dengan fase
kerja.
Di fase kerja terapi membantu klien untuk
mengeksplorasi isu dengan berfokus pada keadaan here and now. Dukungan
diberikan agar masing-masing anggota kelompok melakukan kegiatan yang
disepakati di fase permulaan untuk mencapai tujuan terapi. Fase kerja adalah
inti dari terapi kelompok di mana klien bersama kelompoknya melakukan kegiatan
untuk mencapai target perubahan perilaku dengan saling mendukung di antara satu
sama lain anggota kelompok. Setelah target tercapai sesuai tujuan yang telah
ditetapkan maka diakhiri dengan fase terminasi.
Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah
difasilitasi dan dilibatkan dalam hubungan interpersonal antar anggota. Peran
perawat adalah mendorong anggota kelompok untuk saling memberi umpan balik,
dukungan, serta bertoleransi terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir dari
terapi kelompok adalah mendorong agar anggota kelompok berani dan mampu
menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi di masa mendatang.
7.
Terapi Prilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan
bahwa perilaku timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya
dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar
yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah:
a.
Role model
b.
Kondisioning operan
c.
Desensitisasi sistematis
d.
Pengendalian diri
e.
Terapi aversi atau releks kondisi
Teknik role
model adalah strategi mengubah perilaku dengan memberi contoh perilaku adaptif
untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien mampelajari melalui praktek dan
meniru perilaku tersebut. Teknik ini biasanya dikombinasikan dengan teknik
kondisioning operan dan desensitisasi.
Kondisioning
operan disebut juga penguatan positif di mana terapis memberi penghargaan
kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah ditampilkan oleh klien.
Dengan penghargaan dan umpan balik positif yang didapat maka perilaku tersebut
akan dipertahankan atau ditingkatkan oleh klien. Misalnya seorang klien begitu
bangun tidur langsung ke kamar mandi untuk mandi, perawat memberikan pujian
terhadap perilaku tersebut. Besok pagi klien akan mengulang perilaku segera
mandi setelah bangun tidur karena mendapat umpan balik berupa pujian dari
perawat. Pujian dalam hal ini adalah reward atau penghargaan bagi perilaku
positif klien berupa segera mandi setelah bangun.
Terapi perilaku
yang cocok untuk klien fobia adalah teknik desensitisasi sistematis yaitu
teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu stimulus atau kondisi dengan secara
bertahap memperkenalkan/memaparkan pada stimulus atau situasi yang menimbulkan
kecemasan tersebut secara bertahap dalam keadaan klien sedang relaks. Makin
lama intensitas pemaparan stimulus makin meningkat seiring dengan toleransi
klien terhadap stimulus tersebut. Hasil akhirnya adalah klien akan berhasil
mengatasi ketakutan atau kecemasannya akan stimulus tersebut.
Untuk
mengatasi perilaku dorongan perilaku maladaptive klien dapat dilatih dengan
teknik pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah berlatih mengubah kata-kata
negatif menjadi kata-kata positif. Apabila ini berhasil maka klien sudah memiliki
kemampuan untuk mengendalikan perilaku yang lain sehingga menghasilkan
terjadinya penurunan tingkat distress klien tersebut.
Mengubah
perilaku dapat juga dilakukan dengan memberi penguatan negatif. Caranya adalah
dengan memberi pengalaman ketidaknyamanan untuk merusak perilaku yang
maladaptive. Bentuk ketidaknyamanan ini dapat berupa menghilangkan stimulus
positif sebagai “punishment” terhadap perilaku maladaptive tersebut. Dengan ini
klien akan belajar untuk tidak mengulangi perilaku demi menghindari konsekuensi
negatif yang akan diterima akibat perilaku negatif tersebut.
8.
Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar
bahwa anak-anak akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari
pada dengan ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat
perkembangan, status emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta melakukan
intervensi untuk mengatasi masalah anak tersebut.
Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang
hangat dengan anak, merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui
permainan, mempercayai bahwa anak dapat menyelesaikan masalahnya, dan kemudian
menginterpretasikan perilaku anak tersebut.
Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami
depresi, anak yang mengalami ansietas, atau sebagai korban penganiayaan
(abuse). Bahkan juga terpai bermain ini dianjurkan untuk klien dewasa yang
mengalami stress pasca trauma, gangguan identitas disosiatif dan klien yang
mengalami penganiayaan.
C.
Terapi
Modalitas di Masyarakat
Disini penulis mengambil salah satu terapi modalitas
yang biasanya diterapkan disuatu masyarakat yaitu menggunakan terapi Senam Kaki
Diabetes Melitus.
Senam Kaki
Diabetes Melitus
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur,
terarah, serta terencana yang dilakukan secara sendiri atau berkelompok dengan
maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga (Adenia, 2010). Senam kaki
diabetes melitus adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh masyarakat
yang menderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
memperlancar peredaran darah bagian kaki. (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Manfaat
Senam Kaki Diabetes Melitus
Menurut
Setyoadi & Kushariyadi, 2011. Senam kaki bermanfaat untuk:
1.
Memperbaiki sirkulasi darah,
memperkuat otot-otot kecil kaki, dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki,
2.
Meningkatkan kekuatan otot betis,
otot paha,
3.
Mengatasi keterbatasan pergerakan
sendi.
Indikasi Senam Kaki Diabetes Melitus
1.
Diberikan pada semua penderita
diabetes melitus (DM tipe I maupun tipe II)
2.
Sebaiknya diberikan sejak seseorang
didiagnosa menderita diabetes melitus
sebagai tindakan pencegahaan dini.
Kontraindikasi Senam Kaki Diabetes
Melitus
1.
Penderita yang mengalami perubahan
fungsi fisiologis seperti dispnea dan nyeri dada.
2.
Penderita yang mengalami depresi, khawatir
dan cemas.
Teknik Senam Kaki Diabetes Melitus
Persiapan
Persiapan Alat dan Lingkungan:
1.
Kertas koran dua lembar,
2.
Kursi (jika tindakan dilakukan dalam
posisi duduk),
3.
Sarung tangan,
4.
Lingkungan yang nyaman dan jaga
privasi penderita.
Persiapan klien: lakukan kontrak topik, waktu, tempat dan
tujuan dilaksanakan senam kaki diabetes melitus.
Prosedur
1.
Perawat mencuci tangan,
2.
Jika dilakukan dalam posisi duduk
maka posisikan klien duduk tegak di atas bangku dengan kaki menyentuk lantai,
3.
Dengan meletakkan tumit dilantai,
jari-jari kedua kaki diluruskan ke atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah
seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.
4.
Dengan meletakkan tumit salah satu
kaki di lantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki
diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan
bersaman pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10
kali,
5.
Tumit diletakkan di lantai. Bagian
ujung kaki di angkat ke atas dan buat gerakan memutas dengan pergerakan pada
pergelangan kaki sebanyak 10 kaki,
6.
Jari-jari kaki diletakkan dilantai.
Tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali,
7.
Angkat salah satu lutut kaki, dan
luruskan. Gerakan jari-jari ke depan turunkan kembali secara bergantian ke kiri
dan ke kanan. Di ulangi sebanyak 10 kali,
8.
Luruskan salah satu kaki di atas
lantai kemuadian angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung kaki ke arah wajah
lalu turunkan kembali kelantai,
9.
Angkat kedua kaki lalu luruskan.
Ulangi langkah ke-8, namun gunakan kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak
10 kali,
10.
Angkat kedua kaki dan luruskan,
pertahankan posisi tersebut. Gerakan pergelangan kaki ke depan dan ke belakang,
11.
Luruskan salah satu kaki dan angkat,
putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0
hingga 10 lakukan secara bergantian,
12.
Letakkan sehelai koran dilantai.
Bentuklah koran tersebut menjadi seperti bola dengan kedua kaki. Kemudian, buka
bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kegua kaki. Cara ini
dilakukan hanya sekalai saja.
a.
Lalu sobek koran menjadi dua bagian,
pisahkan kedua bagian koran,
b.
Sebagian koran disobek menjadi kecil
dengan kedua kaki,
c.
Pindahkan kumpulan sobekan tersebut
dengan kedua kaku lalu letakkan sobekan koran pada bagian kertas yang utuh,
d.
Bungkus semuanya dengan kedua kaki
menjadi bentuk bola.
Kriteria Evaluasi
1.
Penderita dapat menyebutkan kembali
pengertin senam kaki,
2.
Penderita dapat memeragakan sendiri
teknik senam kaki secara mandiri.
BAB III
TINJAUAN
KASUS
A.
Kasus
Perawat komunitas sedang melakukan tugas program
kesehatan di desa-desa dan ditemukan di desa Z pada keluarga Tn. X dengan usia
34 tahun memiliki satu orang istri dan dua orang anak laki-laki dan perempuan, mereka
tinggal dalam satu rumah . Dari hasil pengkajian perawat komunitas Tn X
memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus sejak usianya 21 tahun, beliau
pernah di rawat di rumah sakit Y dengan diagnosa Hiperglikemia. Saat itu kadar
gula darah puasa Tn X mencapai 220 mg/dl,
beliau dirawat selama seminggu di RS. Setelah beliau diperbolehkan pulang Tn X
dianjurkan oleh Perawat di RS untuk rutin mengontrol ulang KGD nya 2 minggu
sekali. Tn X bekerja sebagai petani, dan sering menggunakan sepatu.
B.
Peran
Perawat
Peran perawat komunitas ada beberapa macam yaitu : (1)
Sebagai Pelayanan Keperawatan, (2) Sebagai Pendidik, (3) Sebagai Pengamat
Kesehatan, (4) Koordinator Pelayanan Kesehatan, (5) Sebagai Pembaharu, (6)
Pengorganisasian Pelayanan Kesehatan, (7) Panutan, (8) Tempat
bertanya/fasilitator, (9) Pengelola. Dalam makalah ini dilihat dari kasus
diatas, Peran seorang perawat komunitas yang paling utama diterapkan yaitu
perawat sebagai Aducation.
C.
Intervensi
1.
Ajarkan Tn X untuk melakukan senam
kaki diabetik.
2.
Anjurkan tidak menggunakan sepatu
yang terlalu ketat.
3.
Anjurkan untuk sering mengontrol KGD
nya.
D.
Prosedur
Kerja dan kesiapan perawat
Persiapan Alat dan Lingkungan:
1.
Kertas koran dua lembar,
2.
Kursi (jika tindakan dilakukan dalam
posisi duduk),
3.
Sarung tangan,
4.
Lingkungan yang nyaman dan jaga
privasi penderita.
Sebelum melakukan prosedur senam kaki tersebut, perawat harus mealui aspek
sebagai berikut: lakukan kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan
senam kaki diabetes melitus.
Prosedur
1.
Perawat mencuci tangan,
2.
Menganjurkan pasien untuk duduk
tegak di atas bangku dengan kaki menyentuk lantai,
3.
Memperagakan kepada pasien
meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua kaki diluruskan ke atas lalu
dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.
4.
Memperagakan kepada pasien meletakkan
tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki
lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan ke
atas. Cara ini dilakukan bersaman pada kaki kiri dan kanan secara bergantian
dan diulangi sebanyak 10 kali,
5.
Memperagakan kepada pasien
meletakkan tumitnya di lantai. Bagian ujung kaki di angkat ke atas dan buat
gerakan memutas dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kaki,
6.
Jari-jari kaki diletakkan dilantai.
Tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali,
7.
Angkat salah satu lutut kaki, dan
luruskan. Gerakan jari-jari ke depan turunkan kembali secara bergantian ke kiri
dan ke kanan. Di ulangi sebanyak 10 kali,
8.
Luruskan salah satu kaki di atas
lantai kemuadian angkat kaki tersebut dan gerakkan ujung kaki ke arah wajah
lalu turunkan kembali kelantai,
9.
Angkat kedua kaki lalu luruskan.
Ulangi langkah ke-8, namun gunakan kedua kaki secara bersamaan. Ulangi sebanyak
10 kali,
10.
Angkat kedua kaki dan luruskan,
pertahankan posisi tersebut. Gerakan pergelangan kaki ke depan dan ke belakang,
11.
Luruskan salah satu kaki dan angkat,
putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0
hingga 10 lakukan secara bergantian,
12.
Letakkan sehelai koran dilantai.
Bentuklah koran tersebut menjadi seperti bola dengan kedua kaki. Kemudian, buka
bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kegua kaki. Cara ini
dilakukan hanya sekalai saja.
a.
Lalu sobek koran menjadi dua bagian,
pisahkan kedua bagian koran,
b.
Sebagian koran disobek menjadi kecil
dengan kedua kaki,
c.
Pindahkan kumpulan sobekan tersebut
dengan kedua kaku lalu letakkan sobekan koran pada bagian kertas yang utuh,
d.
Bungkus semuanya dengan kedua kaki
menjadi bentuk bola.
Kriteria Evaluasi
1.
Tn X dapat menyebutkan kembali
pengertin senam kaki,
2.
Tn X dapat memeragakan sendiri
teknik senam kaki secara mandiri.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Terapi
modalitas merupakan metode pemberian terapi yang menggunakan kemampuan fisik
atau elektrik. Terapi modalitas bertujuan untuk membantu proses penyembuhan dan
mengurangi keluhan yang dialami oleh klien. (Lundry & Jenes, 2009 dalam
Setyoadi & Kushariyadi, 2011).
Jenis terapi modalitas (Terapi Individual, Terapi
Lingkungan, Terapi Biologis, Terapi Kognitif, Terapi Kelurga, Terapi Kelompok,
Terapi Prilaku dan Terapi bermain)
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyarankan bahwa terapi modalitas itu
penting karena bisa membantu proses
penyembuhan dan mengurangi keluhan yang dialami oleh klien, selain itu juga
menjadi suatu Pencegahan saat penderita telah didiagnosa awal tentang
penyakitnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Flora R,
Hikayati, Purwanto. 2014. Jurnal dengan Judul: Pelatihan
senam kaki pada penderita diabetes Mellitus dalam upaya pencegahan Komplikasi diabetes pada kaki (diabetes
foot). Universitas Sriwijaya, Fakultas Kedokteran. (dikutip pada
tanggal 25 Desember 2014)
http://www.academia.edu/7835924/Senam_Kaki (dikutip pada tanggal 26 Desember 2014)
Pramesti,
DE. 2013. Jurnal dengan Judul: Perbedaan Pengetahuan Tentang Perawatan
Kaki Pada Penderita Diabetes Mellitus Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Pendidikan
Kesehatan Di Desa Kedunggading Kecamatan
Ringinarum Kabupaten Kendal. Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran. (dikutip pada tanggal 25 Desember
2014)
Setyodi & Kushariyadi. 2011. Terapi
Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba
Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar